BULAN KELUARGA GKI TAMAN MAJAPAHIT TAHUN 2012
"INDAHNYA PERSAUDARAAN DALAM IKATAN KASIH"
MENGHAYATI IBADAH :
SEBUAH PENJELASAN DAN KERINDUAN
Kasihilah Tuhan
Allahmudengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu,
dan dengan segenap akal budimu…
- Yesus Kristus
Firman, yang diucapkan Tuhan kita Yesus Kristus, ini
sebenarnya mau menegaskan bahwa kehidupan ibadah kita - sebagai tanda kasih
kita kepada-Nya yang telah mengasihi kita terlebih dahulu - harus dilakukan
dengan melibat keseluruhan aspek hidup kita sebagai manusia, baik aspek yang
bersifat immateri maupun yang bersifat materi. Ibadah-ibadah yang selama ini
kita lakukan banyak menyentuh aspek-aspek kognisi ( pikiran ) dan emosi (
perasaan ), dan itu memang berarti melibatkan aspek kehidupan kita yang
bersifat immateri. Secara kognisi, melalui pelayanan firman dengan penggalian
Alkitab secara mendalam serta penyampaian pemahaman iman yang sistematis, kita
diajak untuk memikirkan dan memikirkan ulang makna firman Tuhan dalam hidup
kita serta bagaimana mengaplikasikannya dalam hidup keseharian kita sebagai
orang-orang Kristen. Demikian pula secara emosi, melalui usaha untuk
menyanyikan lagu-lagu pujian dengan cara yang benar dan dengan menghayati
kalimat demi kalimat dalam bait-bait lagu itu, perasaan kita disentuh. Kita
diingatkan kasih kasih Kristus dan di sana kita terharu, kita diingatkan akan
keberdosaan kita dan di sana kita berduka cita. Juga melalui kisah-kisah
inspiratif sebagai ilustrasi inti pelayanan firman, kita dibuat tertawa lucu,
menangis haru, dan tergugah sebab kisah-kisah tersebut mnyentuh afeksi dan
emosi kita.
Ya! Dari aspek yang bersifat immateri, ibadah-ibadah
kita telah menyentuh pikiran dan hati kita, namun bagaimana dengan aspek yang
bersifat materi? Apakah ada bagian dalam ibadah kita yang sudah menyentuh aspek
tersebut? Jawabnya, ada, namun minim sekali. Aspek materi, dalam hal ini tubuh
kita, “tersentuh” oleh bagian-bagian dalam ibadah kita dalam gesture ( baca: gerak tubuh ) dan oleh
karena itu mari kita melihat gesture
apa saja yang telah kita lakukan dalam ibadah-ibadah kita: berdiri, duduk,
memejamkan mata, berlutut, mengangkat tangan, melipat tangan, bertepuk tangan
dan menengadahkan tangan. Masih adakah yang lain? Kalaupun ada, tampaknya tidak
banyak lagi, dan itu pun tidak setiap hari Sabtu atau Minggu kita lakukan,
selain memang gestures itu tadi masih
bersifat statis, dengan kedua kaki masih berada pada sikap tegak atau hormat.
Dalam Alkitab, gerakan tubuh ( baca: tarian liturgi )
sebenarnya dipakai para tokoh Alkitab untuk “berjumpa dengan Allah”. Kita lihat
tokoh Daud, dia banyak menggunakan bahasa tubuh untuk beribadah kepada Allah.
Ia menari-nari di hadapan Allah ( coram
Deo ) untuk menyatakan suka cita dan rasa syukurnya karena perbuatan Allah
yang luar biasa dalam kehidupannya, namun ia juga duduk, mengoyakkan jubahnya
dan bahkan menaburkan abu ke atas kepalanya untuk memohon kepada Allah. Dalam
kehidupan beribadah, kita pun dapat melihat bahwa tradisi Pentakostalisme dan
Karismatis, mereka mengakomodasi gestures dalam penyelenggaraan
ibadah-ibadah mereka. Ada tepuk tangan, acungan tangan, melompat dan lain-lain
yang mengekspresikan kerinduan hidup beribadah dalam gerakan. Sebenarnya, dalam
tradisi GKI, kita pun tidak asing dengan “gerak dan lagu”. Kita perhatikan
dalam ibadah-ibadah kita, tatkala anak-anak kita di Sekolah Minggu menyanyikan
suatu lagu, ada gerakannya. Demikian pula dalam kebaktian Remaja atau
persekutuan Pemuda, ada! Di Kebaktian Umum? Ada! Biasanya baru paduan suara, vocal group, atau solo vocal yang mengakomodir
gestures ini. Oleh karena itu, secara
teologis-liturgis sebenarnya “gerak” dan “tari” bukanlah hal yang tabu, namun
justru adalah hal yang perlu diolah dalam pelaksanaannya untuk membantu umat
dalam menghayati ibadah yang mereka lakukan.
Tarian liturgi dapat digunakan dalam:
1.
Prosesi masuk dan keluar,
pembukaan atau pengutusan, Penyerahan Alkitab untuk dibacakan, persembahan,
penyerahan alat-alat Perjamuan Kudus
2.
Pelayanan Firman : Injil atau
Pengakuan Iman
3.
Doa
4.
Meditasi
5.
Perayaan
Dalam ibadah-ibadah di Bulan Keluarga
ini kita akan “menambahkan” setidaknya 2 ( dua ) bentuk tarian ibadah , yaitu
bergandengan tangan dan pada bagian “Doa Bapa Kami”. Sikap “bergandengan
tangan” mau menekankan tema Bulan Keluarga tahun 2012 ini “Indahnya
Persaudaraan dalam Ikatan Kasih”. Selain kita akan beribadah bersama-sama
sebagai satu keluarga, kita pun “diikat” dengan diekspresikan melalui gesture bergandengan tangan. Sikap ini akan kita lakukan di setiap Ibadah
Minggu. Di Ibadah Penutupan, baru kita akan “mengiringi” nyanyian “Doa Bapa
Kami” dengan gerakan yang akan dilatihkan di awal sebelum kebaktian dimulai,
dan akan dipandu para pemuda kita yang telah berlatih terlebih dahulu selama
ini. Dengan penambahan dua bentuk tarian liturgis ini diharapkan iabadah-ibadah
kita di Bulan Keluarga ini menjadi “semakin hidup” dan setiap kita dapat semakin
menghayati makna persaudaraan kita di dalam ikatan kasih Kristus, entahkah
sebagai suatu keluarga secara biologis ( ayah, ibu, dan anak-anak ), maupun
sebagai satu keluarga besar GKI Taman Majapahit.
Selamat beribadah, selamat mengalami
ikatan dalam kasih Kristus! Tuhan memberkati kita semua, dan kita boleh
dipakai-Nya menjadi berkat bagi keluarga, gereja, dan sesama kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar