Selasa, 09 Oktober 2012

Bulan Keluarga GKI TME 2012

BULAN KELUARGA GKI TAMAN MAJAPAHIT TAHUN 2012
"INDAHNYA PERSAUDARAAN DALAM IKATAN KASIH"


MENGHAYATI IBADAH : SEBUAH PENJELASAN DAN KERINDUAN

Kasihilah Tuhan Allahmudengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu…
- Yesus Kristus

Firman, yang diucapkan Tuhan kita Yesus Kristus, ini sebenarnya mau menegaskan bahwa kehidupan ibadah kita - sebagai tanda kasih kita kepada-Nya yang telah mengasihi kita terlebih dahulu - harus dilakukan dengan melibat keseluruhan aspek hidup kita sebagai manusia, baik aspek yang bersifat immateri maupun yang bersifat materi. Ibadah-ibadah yang selama ini kita lakukan banyak menyentuh aspek-aspek kognisi ( pikiran ) dan emosi ( perasaan ), dan itu memang berarti melibatkan aspek kehidupan kita yang bersifat immateri. Secara kognisi, melalui pelayanan firman dengan penggalian Alkitab secara mendalam serta penyampaian pemahaman iman yang sistematis, kita diajak untuk memikirkan dan memikirkan ulang makna firman Tuhan dalam hidup kita serta bagaimana mengaplikasikannya dalam hidup keseharian kita sebagai orang-orang Kristen. Demikian pula secara emosi, melalui usaha untuk menyanyikan lagu-lagu pujian dengan cara yang benar dan dengan menghayati kalimat demi kalimat dalam bait-bait lagu itu, perasaan kita disentuh. Kita diingatkan kasih kasih Kristus dan di sana kita terharu, kita diingatkan akan keberdosaan kita dan di sana kita berduka cita. Juga melalui kisah-kisah inspiratif sebagai ilustrasi inti pelayanan firman, kita dibuat tertawa lucu, menangis haru, dan tergugah sebab kisah-kisah tersebut mnyentuh afeksi dan emosi kita.

Ya! Dari aspek yang bersifat immateri, ibadah-ibadah kita telah menyentuh pikiran dan hati kita, namun bagaimana dengan aspek yang bersifat materi? Apakah ada bagian dalam ibadah kita yang sudah menyentuh aspek tersebut? Jawabnya, ada, namun minim sekali. Aspek materi, dalam hal ini tubuh kita, “tersentuh” oleh bagian-bagian dalam ibadah kita dalam gesture ( baca: gerak tubuh ) dan oleh karena itu mari kita melihat gesture apa saja yang telah kita lakukan dalam ibadah-ibadah kita: berdiri, duduk, memejamkan mata, berlutut, mengangkat tangan, melipat tangan, bertepuk tangan dan menengadahkan tangan. Masih adakah yang lain? Kalaupun ada, tampaknya tidak banyak lagi, dan itu pun tidak setiap hari Sabtu atau Minggu kita lakukan, selain memang gestures itu tadi masih bersifat statis, dengan kedua kaki masih berada pada sikap tegak atau hormat.

Dalam Alkitab, gerakan tubuh ( baca: tarian liturgi ) sebenarnya dipakai para tokoh Alkitab untuk “berjumpa dengan Allah”. Kita lihat tokoh Daud, dia banyak menggunakan bahasa tubuh untuk beribadah kepada Allah. Ia menari-nari di hadapan Allah ( coram Deo ) untuk menyatakan suka cita dan rasa syukurnya karena perbuatan Allah yang luar biasa dalam kehidupannya, namun ia juga duduk, mengoyakkan jubahnya dan bahkan menaburkan abu ke atas kepalanya untuk memohon kepada Allah. Dalam kehidupan beribadah, kita pun dapat melihat bahwa tradisi Pentakostalisme dan Karismatis, mereka mengakomodasi  gestures dalam penyelenggaraan ibadah-ibadah mereka. Ada tepuk tangan, acungan tangan, melompat dan lain-lain yang mengekspresikan kerinduan hidup beribadah dalam gerakan. Sebenarnya, dalam tradisi GKI, kita pun tidak asing dengan “gerak dan lagu”. Kita perhatikan dalam ibadah-ibadah kita, tatkala anak-anak kita di Sekolah Minggu menyanyikan suatu lagu, ada gerakannya. Demikian pula dalam kebaktian Remaja atau persekutuan Pemuda, ada! Di Kebaktian Umum? Ada!  Biasanya baru paduan suara, vocal group, atau solo vocal  yang mengakomodir gestures ini. Oleh karena itu, secara teologis-liturgis sebenarnya “gerak” dan “tari” bukanlah hal yang tabu, namun justru adalah hal yang perlu diolah dalam pelaksanaannya untuk membantu umat dalam menghayati ibadah yang mereka lakukan.

Tarian liturgi dapat digunakan dalam:

1.       Prosesi masuk dan keluar, pembukaan atau pengutusan, Penyerahan Alkitab untuk dibacakan, persembahan, penyerahan alat-alat Perjamuan Kudus
2.       Pelayanan Firman : Injil atau Pengakuan Iman
3.       Doa
4.       Meditasi
5.       Perayaan

Dalam ibadah-ibadah di Bulan Keluarga ini kita akan “menambahkan” setidaknya 2 ( dua ) bentuk tarian ibadah , yaitu bergandengan tangan dan pada bagian “Doa Bapa Kami”. Sikap “bergandengan tangan” mau menekankan tema Bulan Keluarga tahun 2012 ini “Indahnya Persaudaraan dalam Ikatan Kasih”. Selain kita akan beribadah bersama-sama sebagai satu keluarga, kita pun “diikat” dengan diekspresikan melalui gesture bergandengan tangan.  Sikap ini akan kita lakukan di setiap Ibadah Minggu. Di Ibadah Penutupan, baru kita akan “mengiringi” nyanyian “Doa Bapa Kami” dengan gerakan yang akan dilatihkan di awal sebelum kebaktian dimulai, dan akan dipandu para pemuda kita yang telah berlatih terlebih dahulu selama ini. Dengan penambahan dua bentuk tarian liturgis ini diharapkan iabadah-ibadah kita di Bulan Keluarga ini menjadi “semakin hidup” dan setiap kita dapat semakin menghayati makna persaudaraan kita di dalam ikatan kasih Kristus, entahkah sebagai suatu keluarga secara biologis ( ayah, ibu, dan anak-anak ), maupun sebagai satu keluarga besar GKI Taman Majapahit.

Selamat beribadah, selamat mengalami ikatan dalam kasih Kristus! Tuhan memberkati kita semua, dan kita boleh dipakai-Nya menjadi berkat bagi keluarga, gereja, dan sesama kita.




Tidak ada komentar: