Selasa, 09 Oktober 2012

MAZMUR dalam IBADAH


MAZMUR dalam IBADAH 

Penggunaan kitab Mazmur sebagai buku nyanyian telah dikenal sejak jaman Perjanjian Lama sampai kini. Menyanyikan Mazmur dipandang sebagai hal penting dalam ibadah, seperti diungkapan oleh tokoh gereja, John Chrysostom (347-407 M) yang mengatakan bahwa Mazmur itu menyenangkan, berguna, kudus dan merupakan dasar filosofi, karena syairnya membersihkan jiwa dan Roh Kudus menyentuh orang yang menyanyikannya. Martin Luther pun menyatakan bahwa, Mazmur yang syair-syairnya penuh kata-kata yang dipakai orang-orang kudus untuk menyapa Tuhan, membuat mereka berbicara kepada Tuhan dengan nada dua kali lipat lebih kuat dari pada  bila memakai kata kata mereka sendiri.

Kitab mazmur dapat dipakai sebagai materi/ dasar pemberitaan Firman, namun dapat pula dipakai untuk berdoa. Cara yang paling efektif dan lazim untuk memakai mazmur untuk berdoa adalah dengan menyanyikannya.

Menyanyikan Mazmur bukanlah hal baru di GKI. Telah lama kita mewarisi Nyanyian Mazmur Jenewa (Genevan Psalter) yang dulu dimuat dalam buku “Mazmur dan Nyanyian Rohani.” Sebagai karya musik yang telah berusia lebih dari lima abad dan dipakai luas di Gereja-gereja Reformasi, Mazmur Jenewa memiliki tempat yang tidak tergantikan dalam khasanah nyanyian jemaat dan masih layak dipergunakan dalam Kebaktian Minggu, sekalipun banyak jemaat kini tidak lagi memakainya.

Seiring dengan dipergunakannya leksionari dalam Kebaktian Minggu GKI, dimana setelah Bacaan Pertama umat diminta merespon atau menanggapi dengan sebuah Mazmur, dibutuhkan jenis nyanyian Mazmur agar jemaat dapat merenungkan keindahan syairnya, kemudian memberi respon dengan menyanyikan refreain, misalnya. Nyanyian Mazmur tanggapan (responsorial psalm) yang digubah khusus untuk merespon Bacaan Pertama. Penggubahan nyanyian mazmur tanggapan ini untuk melengkapi atau memperkaya koleksi nyanyian Mazmur yang telah kita miliki sejak lama. Menyanyikan Mazmur menjadi sangat indah jika pujian ini menjadi tanggapan jemaat akan pembacaan Firman Tuhan. Dengan demikian akan membawa pengaruh yang besar bagi jemaat yang akan terus menggema didalam sebuah pujian.

Menyanyikan mazmur dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1.  Responsorial, yaitu dengan cara teks mazmur dinyanyikan secara berbalasan antara cantor (pemimpin) dengan jemaat.
2.  Mendaras (chanting), cara ini dinyanyikan berbalasan antara cantor dan jemaat sesuai dengan pola nada, dimana syair mazmur diberi tanda notasi yang biasanya terdiri dari 4 atau 8 nada,kemudian dinyanyikan secara berbalasan. Kelehihan dari mendaras ini adalah kita tidak perlu mengubah teks mazmur. Kalimat yang pendek maupun panjang dapat dinyanyikan hanya dengan 4 nada.
3. Metrikal Psalm, cara ini syairnya diolah menjadi puisi bermetrik (memiliki jumlah suku kata dengan pola tertentu ditiap baitnya)
4.  Metrikal-Responsorial. Dengan cara teks mazmur dibuat menjadi nyanyian bermetrik (seperti Mazmur Jenewa) namun diberi refrain. Cantor menyanyikan teks Mazmur bermetrik, lalu umat merespon dengan menyanyikan refrain pendek.

(Dikutip dari buku “Musik dalam Ibadah” Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, 2012)


Tidak ada komentar: